Cinta Yang Abadi
5 tahun yang lalu…
Saat itu, aku masih duduk di kelas 3 SMA, jurusan Ipa. Aku punya seorang sahabat, dia bisa dibilang cukup keren. Dia orang yang lumayan cuek menurut orang lain, tapi dia itu orang yang jahil kalau di mataku. Tapi, dibalik kecuekannya itu, dia itu sebenarnya baik. Setiap kali teman temannya dalam kesulitan, dia selalu berusaha untuk mencari solusinya. Namanya Avideon, sering dipanggil avid sama teman teman sekelasku. Kami selalu bersama sama. setiap kali berangkat sekolah, dia selalu menjemputku, begitu juga kalau pulang sekolah. Kedua orangtua kami sudah saling mengenal, itulah sebabnya persahabatan kami semakin erat. oh iya, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Vizha.. sering dipanggil Zha. Sejak kecil, aku dan Avid memang sudah lama berteman, dan akhirnya kita saling kenal kepribadian masing masing.
Saat itu, aku masih duduk di kelas 3 SMA, jurusan Ipa. Aku punya seorang sahabat, dia bisa dibilang cukup keren. Dia orang yang lumayan cuek menurut orang lain, tapi dia itu orang yang jahil kalau di mataku. Tapi, dibalik kecuekannya itu, dia itu sebenarnya baik. Setiap kali teman temannya dalam kesulitan, dia selalu berusaha untuk mencari solusinya. Namanya Avideon, sering dipanggil avid sama teman teman sekelasku. Kami selalu bersama sama. setiap kali berangkat sekolah, dia selalu menjemputku, begitu juga kalau pulang sekolah. Kedua orangtua kami sudah saling mengenal, itulah sebabnya persahabatan kami semakin erat. oh iya, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Vizha.. sering dipanggil Zha. Sejak kecil, aku dan Avid memang sudah lama berteman, dan akhirnya kita saling kenal kepribadian masing masing.
Tepat pada hari sabtu malam alias malam minggu, aku dan keluargaku seperti biasanya setia di depan TV, karena mau malam mingguan, aku juga tidak punya pacar, jadi lebih baik di rumah saja. dan, ketika sedang asyik bercengkrama dengan kedua adikku, tiba tiba bel rumahku berbunyi. Segera aku menuju ruang depan untuk melihat siapa yang datang. Oh ternyata yang datang si Avid. Kesambet apa tuh anak datang kemari. Dengan sedikit memamerkan lesung pipinya, dia mengajakku untuk keluar buat malam mingguan. What? aku gak salah dengar?, aku memang biasa keluar bareng Avid, tapi tidak pernah saat malam minggu.
“tumben banget loe ngajak gue keluar, vid? kamu lagi demam ya?”. tanganku kemudian meraba dahinya. “apaan sih, zha… aku tuh serius. yah, daripada kamu cuma di rumah aja, mending jalan sama aku. iya kan? tanyanya lagi. “hmmm… gimana ya, aku bingung”. Avid terus berusaha membujukku hingga akhirnya aku pun luluh. “iya deh. aku mau kok. tunggu sebentar ya”. ujarku menyetujui ajakan avid.
“oke oke. asik asik, akhirnya aku punya teman juga buat jalan”.
“oke oke. asik asik, akhirnya aku punya teman juga buat jalan”.
Aku pun kemudian meninggalkan avid untuk berganti kostum. Malam ini aku harus sedikit berdandan. Aku merasa aneh malam ini, tidak seperti biasanya. 15 menit kemudian, aku pun kembali menemui avid di ruang tamu. Ternyata, dia sedang asyik ngobrol sama papa and mama. Papa dan avid bisa dibilang sangat akrab, mungkin karena mereka punya hobby yang sama, yaitu berkonvoi menggunakan Moge alias motor gede. Ketika Avid melihatku, dia seakan tak berkedip. Aku jadi curiga, jangan jangan ada yang salah dengan pakaianku. Tetapi, kurasa tidak ada yang aneh sama penampilanku. Tiba tiba avid berdiri dan berkata “zha, malam ini kamu cantik banget. Selama ini kamu sembunyiin dimana kecantikan kamu?”. “Oh Tuhan… mimpi apa aku semalam? aku dibilang cantik sama vid”. selama ini dia lebih sering meledekku ketimbang memujiku.
“Kamu ini ada ada aja vid”. balasku. “ya udah, kita berangkat yuk”. ajaknya sambil memegang tanganku. Aku sedikit kaget dengan perlakuan Avid terhadapku kali ini. Kami berdua pun berpamitan dengan papa dan mama, ternyata Avid sudah minta ijin sebelumnya untuk mengajakku keluar.
“Kamu ini ada ada aja vid”. balasku. “ya udah, kita berangkat yuk”. ajaknya sambil memegang tanganku. Aku sedikit kaget dengan perlakuan Avid terhadapku kali ini. Kami berdua pun berpamitan dengan papa dan mama, ternyata Avid sudah minta ijin sebelumnya untuk mengajakku keluar.
Sepanjang perjalanan malam itu, tak habis habisnya avid mengajakku bercanda. Malam itu aku merasa sangat bahagia dibanding malam malam sebelumnya, entah mengapa. Udara yang dingin mulai menerpa, tanpa sadar di tengah perjalanan, aku memeluk avid begitu erat, seolah tak ingin kehilangan dia. Aku memeluknya sambil memejamkan mataku. Damai, nyaman dan bahagia, Tiga hal itu yang kurasakan ketika aku memeluknya. Dan, aku merasakan sentuhan yang hangat di tanganku, baru kusadari kalau avid menggenggam jemariku. Aku senang, tapi aku juga malu. Namun, aku berusaha menepis rasa maluku, karena aku dan dia hanyalah sekedar sebagai sahabat. Tak lama kemudian, Avid memarkir motornya di salah satu cafe yang sering kami kunjungi. Seperti biasa, dia memesan menu favoritnya, begitu juga denganku.
Obrolan kami masih seperti biasa, seperti hari hari sebelumnya, seakan peristiwa yang baru saja kami lewati di sepanjang perjalanan tadi sama sekali tak pernah terjadi. Akhirnya rasa malu yang tadinya mulai muncul, kini mulai sirna.
Tanpa terasa, malam pun semakin larut. Dinginnya malam itu, semakin menusuk hingga ke tulang. Kami pun akhirnya memutuskan untuk pulang, Ditambah lagi langit kelihatan mulai mendung, itu artinya malam ini langit akan menangis. Aku dan Avid tak mau sampai terjebak hujan, dia pun mulai mengendarai mogenya dengan kecepatan yang cukup dahsyat. Lumayanlah bikin jantungku semakin berdetak kencang. Karena ketakutan, aku memeluknya dengan begitu erat. Avid hanya tertawa melihatku yang ketakutan seperti itu. Dan akhirnya, kami pun sampai di rumahku. Avid buru buru pamit pulang, karena langit sudah mulai mencurahkan airmatanya tetes demi tetes. Sepeninggalnya avid, aku pun ke kamar mandi untuk mandi. Dan setelah itu, aku pun memutuskan untuk tidur, walaupun mataku sulit untuk dipejamkan. Mengingat kejadian itu, aku jadi senyum senyum sendiri. Kutatap langit langit kamarku, disana ada sepasang cicak yang juga bercengkrama, mungkin mereka juga sedang malam mingguan. Semakin lama, pandanganku semakin samar samar dan aku pun terlelap.
Keesokan harinya.
Hari ini aku bangun kesiangan, mungkin karena semalam aku begadang bareng Avid. Badanku rasanya pegal, jadi malas untuk bangun dari tempat tidurku. Ku lihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.07 wib. Tidak terlalu siang menurutku. Seperti biasa, aku mengecek handphoneku, siapa tahu ada yang sms. Ternyata ada 2 pesan yang sedari tadi menunggu dibaca olehku. Sms itu ternyata dari Avid. Sms yang pertama mengucapkan selamat pagi untukku, tidak lupa ditambah emoticon cium. dan sms yang kedua, dia bilang “anak cewek jam segini masih molor, dipatok ular ntar rejekinya”. Aduh, dia itu memang tak pernah berhenti meledekku. kebetulan pulsaku sedang kosong, jadi aku tak bisa membalas sms avid. huh, padahal aku kangen banget sama dia.
Hari ini aku bangun kesiangan, mungkin karena semalam aku begadang bareng Avid. Badanku rasanya pegal, jadi malas untuk bangun dari tempat tidurku. Ku lihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.07 wib. Tidak terlalu siang menurutku. Seperti biasa, aku mengecek handphoneku, siapa tahu ada yang sms. Ternyata ada 2 pesan yang sedari tadi menunggu dibaca olehku. Sms itu ternyata dari Avid. Sms yang pertama mengucapkan selamat pagi untukku, tidak lupa ditambah emoticon cium. dan sms yang kedua, dia bilang “anak cewek jam segini masih molor, dipatok ular ntar rejekinya”. Aduh, dia itu memang tak pernah berhenti meledekku. kebetulan pulsaku sedang kosong, jadi aku tak bisa membalas sms avid. huh, padahal aku kangen banget sama dia.
Meskipun hari ini hari minggu, tapi aku paling tidak mau menunda waktu untuk mandi. Segera kuambil handuk, dan menuju kamar mandi. tak berapa lama, setelah selesai mandi dan juga berpakaian lengkap, aku duduk duduk di ruang tv, sambil menonton kartun kesukaanku, doraemon. Aku berharap, hari ini avid datang ke rumahku, sekedar untuk nonton bareng. Tapi, orang yang kuharapkan tak kunjung datang juga. Entah sedang apakah dia, aku tak tahu. hari ini, hari yang sangat membosankan bagiku.
Aku ingin cepat cepat berganti menjadi hari senin, karena aku bisa bertemu avid.
Hari ini pun kulalui dengan hanya nonton, makan dan tidur. Sungguh menyebalkan.
Aku ingin cepat cepat berganti menjadi hari senin, karena aku bisa bertemu avid.
Hari ini pun kulalui dengan hanya nonton, makan dan tidur. Sungguh menyebalkan.
Hari senin pun tiba.
pagi itu seperti biasanya avid sudah menjemputku di depan. Aku kemudian berpamitan dengan kedua orangtuaku. Ketika aku mau duduk di belakang, avid mempersilahkan aku “silakan duduk, tuan putri”. “ah sok sweet kamu”. balasku sewot. Aku sedikit marah sama avid, karena kemarin dia sama sekali tidak ada kabar lagi setelah smsnya yang pagi pagi itu. “kamu kenapa, zha? kok kamu jutek gitu sama aku”. tanya avid heran. “udah deh, ntar kita telat”. jawabku ketus. Avid pun mulai tancap gas dan akhirnya melaju berbaur dengan kendaraan yang lain.
pagi itu seperti biasanya avid sudah menjemputku di depan. Aku kemudian berpamitan dengan kedua orangtuaku. Ketika aku mau duduk di belakang, avid mempersilahkan aku “silakan duduk, tuan putri”. “ah sok sweet kamu”. balasku sewot. Aku sedikit marah sama avid, karena kemarin dia sama sekali tidak ada kabar lagi setelah smsnya yang pagi pagi itu. “kamu kenapa, zha? kok kamu jutek gitu sama aku”. tanya avid heran. “udah deh, ntar kita telat”. jawabku ketus. Avid pun mulai tancap gas dan akhirnya melaju berbaur dengan kendaraan yang lain.
10 menit kemudian, kami pun tiba di sekolah. Avid pun kembali menanyakan perihal juteknya aku. Namun, aku sama sekali tak menggubrisnya. Dia memohon padaku, dia meminta maaf walaupun dia tidak tahu salahnya apa. Dalam hati, aku tidak tega. Aku tak ingin persahabatanku dengannya jadi hancur hanya karena hal sepele.
“avid, aku udah gak marah lagi kok”. ujarku padanya sambil tersenyum. “beneran zha?”.
“iya vid. harusnya aku yang minta maaf sama kamu, karena aku udah marah marah gak jelas”. ujarku lagi.
“sebenarnya, kamu jutek sama aku itu karena apa zha?”. avid masih penasaran. dan aku pun menjelaskan hal yang sebenarnya, dari hati ku yang paling dalam.
“kamu kemana aja kemarin? kenapa kamu tidak menghubungiku, aku bete di rumah. dan aku kangen sama kamu vid”. ungkapku, tanpa kusadari airmataku menetes. Untung saja saat itu anak anak yang lain masih berada di luar kelas.
“maafin aku, zha. aku kan ada sms kamu, tapi kamu nggak bales. Aku ngerti, mungkin kamu lagi belum punya pulsa”. jelas avid. “tapi kan setidaknya kamu telpon aku”. balasku.
“ya udah, avid minta maaf ya. avid janji gak bakal gitu lagi”. Avid kemudian memelukku dan mencoba menenangkanku lagi. rasa bahagia itu kembali datang. Rasanya seperti orang yang sedang gerah, tiba tiba angin sepoi sepoi lewat. Itulah yang kurasakan saat dia memelukku. Dan itu pun tak berlangsung lama, karena bel tanda masuk pun sudah berbunyi. aku dan avid duduk sebangku. Kami memang seperti kembar siam, tak terpisahkan. Pelajaran demi pelajaran telah kami lewati dan tiba saatnya kami pulang.
“avid, aku udah gak marah lagi kok”. ujarku padanya sambil tersenyum. “beneran zha?”.
“iya vid. harusnya aku yang minta maaf sama kamu, karena aku udah marah marah gak jelas”. ujarku lagi.
“sebenarnya, kamu jutek sama aku itu karena apa zha?”. avid masih penasaran. dan aku pun menjelaskan hal yang sebenarnya, dari hati ku yang paling dalam.
“kamu kemana aja kemarin? kenapa kamu tidak menghubungiku, aku bete di rumah. dan aku kangen sama kamu vid”. ungkapku, tanpa kusadari airmataku menetes. Untung saja saat itu anak anak yang lain masih berada di luar kelas.
“maafin aku, zha. aku kan ada sms kamu, tapi kamu nggak bales. Aku ngerti, mungkin kamu lagi belum punya pulsa”. jelas avid. “tapi kan setidaknya kamu telpon aku”. balasku.
“ya udah, avid minta maaf ya. avid janji gak bakal gitu lagi”. Avid kemudian memelukku dan mencoba menenangkanku lagi. rasa bahagia itu kembali datang. Rasanya seperti orang yang sedang gerah, tiba tiba angin sepoi sepoi lewat. Itulah yang kurasakan saat dia memelukku. Dan itu pun tak berlangsung lama, karena bel tanda masuk pun sudah berbunyi. aku dan avid duduk sebangku. Kami memang seperti kembar siam, tak terpisahkan. Pelajaran demi pelajaran telah kami lewati dan tiba saatnya kami pulang.
Avid sudah menungguku di depan pagar sekolah. Di tengah jalan, avid menggodaku. Aku sedikit tersipu malu ketika dia mengatakan aku cantik. Oh Avid.. sepertinya aku mulai jatuh cinta sama kamu. Oh tidak… aku malu, bahkan untuk mengatakan ini aku juga malu.
Sore harinya, seperti biasa aku dan avid, juga kedua orangtua kami berdua, jalan jalan sore bareng. Kami pun memisahkan diri, dan tujuan utama adalah di Taman. Itu pilihan si Avid. Aku menytujui saja usulnya, karena taman juga cukup nyaman untuk nyantai sore sore. Setibanya di tempat tujuan, aku dan avid pun duduk di kursi taman. Posisi kami cukup dekat. Tapi, suasana saat itu sepertinya begitu menegangkan. dan kurasa, avid juga merasakan hal yang sama, karena kulihat keringat mulai menetes di dahinya.
“avid, kamu kok keringetan gitu?”. tanyaku heran. “oh nggak apa apa kok.”. jawabnya terbata bata. “kamu sakit?”. tanyaku lagi. Dia hanya menggelengkan kepalanya. Tak lama, Tiba tiba Avid menggenggam erat kedua jemariku, namun penuh perasaan. Aku hanya bisa diam.
“Zha… ada yang ingin aku sampaikan sama kamu”. Avid mulai membuka pembicaraan. “iya vid. ungkapkan saja, aku siap mendengarkan”. jawabku sambil balas menggenggam jemari Avid.
“hmmm… zha… aku… sebenarnya aku sudah lama suka sama kamu. maafin aku, zha…”. ucapnya lirih dan tersendat sendat. Bagai disambar petir, aku tak percaya dengan apa yang dikatakan Avid, selama ini aku tak menyadari kalau dia suka sama aku. Ternyata cintaku terbalas. Terimakasih Tuhan.
“kamu memang pantes minta maaf. kamu udah salah”. jawabku sok ketus.
“iya zha. aku minta maaf, aku memang gak pantes buat kamu, aku hanya bisa sekedar jadi sahabat kamu, tidak lebih”. balasnya lesu dan seolah sudah pasrah dengan pernyataanku tadi.
“iya, vid. kamu salah… salah besar. kamu tau apa kesalahan kamu?”. tanyaku lagi.
“apa itu zha”. tanyanya penasaran.
“kesalahan kamu itu, kenapa kamu gak ngomong dari dulu”. ujarku sambil pasang muka sewot, tapi sedikit menahan tawa. “ya ampun, kamu bikin aku kaget… jadi kamu mau kan jadi pacar aku?”. balasnya sambil menembakku. “terima gak ya? hmmm… dorrr… tembakan kamu tepat kena di hatiku, dan aku pun mau jadi pacarmu”. mendengar itu, Avid memelukku. Aku pun menangis bahagia, kini avid tak hanya jadi seorang sahabat, tapi juga calon pendamping hidupku kelak. Hari ini adalah hari bahagiaku.
“Zha… ada yang ingin aku sampaikan sama kamu”. Avid mulai membuka pembicaraan. “iya vid. ungkapkan saja, aku siap mendengarkan”. jawabku sambil balas menggenggam jemari Avid.
“hmmm… zha… aku… sebenarnya aku sudah lama suka sama kamu. maafin aku, zha…”. ucapnya lirih dan tersendat sendat. Bagai disambar petir, aku tak percaya dengan apa yang dikatakan Avid, selama ini aku tak menyadari kalau dia suka sama aku. Ternyata cintaku terbalas. Terimakasih Tuhan.
“kamu memang pantes minta maaf. kamu udah salah”. jawabku sok ketus.
“iya zha. aku minta maaf, aku memang gak pantes buat kamu, aku hanya bisa sekedar jadi sahabat kamu, tidak lebih”. balasnya lesu dan seolah sudah pasrah dengan pernyataanku tadi.
“iya, vid. kamu salah… salah besar. kamu tau apa kesalahan kamu?”. tanyaku lagi.
“apa itu zha”. tanyanya penasaran.
“kesalahan kamu itu, kenapa kamu gak ngomong dari dulu”. ujarku sambil pasang muka sewot, tapi sedikit menahan tawa. “ya ampun, kamu bikin aku kaget… jadi kamu mau kan jadi pacar aku?”. balasnya sambil menembakku. “terima gak ya? hmmm… dorrr… tembakan kamu tepat kena di hatiku, dan aku pun mau jadi pacarmu”. mendengar itu, Avid memelukku. Aku pun menangis bahagia, kini avid tak hanya jadi seorang sahabat, tapi juga calon pendamping hidupku kelak. Hari ini adalah hari bahagiaku.
Akhirnya anak anak yang lain tahu kami berpacaran. Mereka ikut berbahagia, karena sebelum jadi pasangan, kami sudah menunjukkan sikap yang romantis, lebih dari orang yang pacaran. Bahkan, kedua orangtua saling mendukung hubungan kami berdua. Tanpa terasa, hubungan kami sudah berjalan satu bulan. Hari hariku kini lebih berwarna. Avid sangat mencintaku, begitu juga denganku. Avid sosok yang aku cari, dia bisa menjadi orang yang menyebalkan, tapi juga bisa menjadi seseorang yang sangat dirindukan.
Hari berganti hari, tiba tiba hari itu Avid tidak masuk sekolah. Ternyata dia sedang sakit. Dia sengaja tidak memberitahukan hal ini, karena dia tidak ingin aku khwatir dan tidak konsentrasi belajar.
sepulang sekolah, aku segera menuju ke rumah Avid. Kulihat, tatapan matanya kosong, badannya begitu lesu. Ku raba dahi dan lehernya, Ya Ampun.. tanganku seperti terbakar api, saking panasnya suhu badan avid.
“sayang, kamu udah minum obat?”. tanyaku. Tapi, sama sekali tidak dijawab. Dia hanya diam saja. Padahal, tadi pagi dia masih sempat sms aku, tapi kenapa siang ini dia jadi dingin seperti ini.
“sayang, kamu udah minum obat?”. tanyaku. Tapi, sama sekali tidak dijawab. Dia hanya diam saja. Padahal, tadi pagi dia masih sempat sms aku, tapi kenapa siang ini dia jadi dingin seperti ini.
Kuraba tangannya, begitu dingin. Dia seperti patung, sama sekali tidak ada gerakan. Ku menjadi sedikit curiga dan takut, tak seperti biasanya dia begini.
“sayang.. sayang… kamu kenapa diam saja? kamu gak suka aku datang jenguk kamu?”. aku mulai membuka pembicaraan, namun tetap saja nihil.. avid hanya diam. Kupegang denyut nadinya.. Detak jantungku serasa berhenti seketika. Kurasakan denyut nadinya tidak bergerak sama sekali. Kupanggill kedua orangtua avid yang sedari tadi sengaja meninggalkanku berdua dengan avid. Sesampainya di kamar avid, kedua orangtua avid panik. aku pun menjelaskan apa yang terjadi. Segera ku telpon dokter untuk mengecek keadaan avid. Airmataku tak hentinya mengalir. aku tak ingin sesuatu terjadi kepada orang yang aku cinta dan aku sayang. Tak lama kemudian, dokter pun datang. Beliau mulai mengecek kondisi badan Avid, juga denyut nadi dan detak jantungnya. Pak dokter hanya menggelengkan kepala. “Anak saya gimana pak?”. papa avid mulai panik… “maaf pak, dia sudah tidak tertolong lagi. dia terkena Liver, dan itu sudah sangat parah.. sudah terlambat untuk diselamatkan”. jelas pak dokter, seiring dengan penjelasannya itu, mataku seperti berkunang kunang dan mulai gelap dan aku tak ingat lagi.
“sayang.. sayang… kamu kenapa diam saja? kamu gak suka aku datang jenguk kamu?”. aku mulai membuka pembicaraan, namun tetap saja nihil.. avid hanya diam. Kupegang denyut nadinya.. Detak jantungku serasa berhenti seketika. Kurasakan denyut nadinya tidak bergerak sama sekali. Kupanggill kedua orangtua avid yang sedari tadi sengaja meninggalkanku berdua dengan avid. Sesampainya di kamar avid, kedua orangtua avid panik. aku pun menjelaskan apa yang terjadi. Segera ku telpon dokter untuk mengecek keadaan avid. Airmataku tak hentinya mengalir. aku tak ingin sesuatu terjadi kepada orang yang aku cinta dan aku sayang. Tak lama kemudian, dokter pun datang. Beliau mulai mengecek kondisi badan Avid, juga denyut nadi dan detak jantungnya. Pak dokter hanya menggelengkan kepala. “Anak saya gimana pak?”. papa avid mulai panik… “maaf pak, dia sudah tidak tertolong lagi. dia terkena Liver, dan itu sudah sangat parah.. sudah terlambat untuk diselamatkan”. jelas pak dokter, seiring dengan penjelasannya itu, mataku seperti berkunang kunang dan mulai gelap dan aku tak ingat lagi.
Ketika aku mulai terbangun, kepalaku masih sedikit pusing. Aku langsung teringat Avid…
“ma… avid mana ma?”. aku menanykan keberadaan avid. aku merasakan dia masih ada, kehadirannya begitu terasa. Saat ku tertidur, aku merasakan Avid membelai rambutku, mengusap airmataku dan mencium keningku.
“zha, kamu yang sabar ya nak”. mamaku mulai menangis. Aku tidak mengerti. “memangnya kenapa ma?”. tanyaku lagi. “nanti kamu juga akan tahu nak”. jelas ibuku sambil berlalu mninggalkanku di kamar. Tanpa pikir panjang, segera ku berganti pakaian, dan langsung tancap gas.
“zhaaaa… kamu mau kemana naak?”. teriak ibuku mencoba menghentikan niatku
tapi aku langsung berlalu begitu saja.. di pikiranku hanyalah avid, aku baru ingat kalau dia sedang sakit.
Namun, sesampainya di depan rumah avid, banyak orang yang berkumpul di depan rumahnya dan ada bendera kuning. Aku tak ingin berpikir negatif, aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam dan melihat apa yang terjadi. Ketika akan melangkahkan kaki menuju peti jenazah, mamanya avid segera memelukku dan menangis terisak isak. Aku tak kuasa menahan tangisku. Aku tahu, itu pasti jenazah avid. Mengapa ini terjadi. Aku kehilangan separuh jiwaku. Aku tak berdaya. Aku seperti mayat hidup.
“ma… avid mana ma?”. aku menanykan keberadaan avid. aku merasakan dia masih ada, kehadirannya begitu terasa. Saat ku tertidur, aku merasakan Avid membelai rambutku, mengusap airmataku dan mencium keningku.
“zha, kamu yang sabar ya nak”. mamaku mulai menangis. Aku tidak mengerti. “memangnya kenapa ma?”. tanyaku lagi. “nanti kamu juga akan tahu nak”. jelas ibuku sambil berlalu mninggalkanku di kamar. Tanpa pikir panjang, segera ku berganti pakaian, dan langsung tancap gas.
“zhaaaa… kamu mau kemana naak?”. teriak ibuku mencoba menghentikan niatku
tapi aku langsung berlalu begitu saja.. di pikiranku hanyalah avid, aku baru ingat kalau dia sedang sakit.
Namun, sesampainya di depan rumah avid, banyak orang yang berkumpul di depan rumahnya dan ada bendera kuning. Aku tak ingin berpikir negatif, aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam dan melihat apa yang terjadi. Ketika akan melangkahkan kaki menuju peti jenazah, mamanya avid segera memelukku dan menangis terisak isak. Aku tak kuasa menahan tangisku. Aku tahu, itu pasti jenazah avid. Mengapa ini terjadi. Aku kehilangan separuh jiwaku. Aku tak berdaya. Aku seperti mayat hidup.
Aku mencoba untuk menguatkan hati, aku ingin menatap wajah avid untuk yang terakhir kalinya. Ketika kubuka kafan wajahnya, wajahnya begitu indah, dengan senyum di bibirnya. Kulihat, airmatanya menetes. Ketika kubuka lagi kain kafannya, ternyata tangannya masih menggenggam Handphone. Semua orang yang ada disana tidak bisa mengambil Handphone tersebut. Ketika aku meminta ijin padanya untuk mengambil handphonenya, ternyata dengan begitu mudahnya handphone itu kuambil. Kuamati layar Hp tersebut, ternyata avid sempat mengetik sms, entah untuk siapa. Aku pun mencoba membuka dan membaca isi sms singkat dari avid yang belum sempat terkirim.
“Vizha, aku cinta dan sayang kamu lebih dari nyawaku. aku minta maaf blum bisa jadi yang terbaik, aku belum bisa mnjaga kamu. jaga diri kamu baik baik, sayang.”
selamat tinggal, sayang.
aku mencintaimu
aku mencintaimu
Airmataku menetes dan mengalir tiada henti, dia ternyata benar benar mencintaiku. Tuhan, kenapa Engkau mengambil dia begitu cepat, lebih baik Engkau juga ambil nyawaku, agar aku bisa bersamanya disana.
Setelah dinasehati, aku pun mencoba mengikhlaskan kepergian avid. Aku hanya bisa mendoakan, semoga dia tenang disana. dan aku disini, akan selalu jaga hatiku untuknya. entah samapai kapan, yang pasti, hatiku akan kukunci hanya untuknya.
selamat jalan sayang. Doaku selalu menyertaimu. Cinta kita takkan pernah berakhir, walau raga kita terpisah, namun cinta kita akan tetap abadi. amin
selamat jalan sayang. Doaku selalu menyertaimu. Cinta kita takkan pernah berakhir, walau raga kita terpisah, namun cinta kita akan tetap abadi. amin
Akhir cerita.
Setiap tahun, aku tidak lupa menziarahi makam kekasihku, avid. Dia selalu menjadi tempat curhatku dikala aku sedih.
avid, kamu bukan hanya pacar, tapi juga seorang sahabat yang begitu baik. Mungkin itulah sebabnya Tuhan mengambilmu lebih cepat.
Setiap tahun, aku tidak lupa menziarahi makam kekasihku, avid. Dia selalu menjadi tempat curhatku dikala aku sedih.
avid, kamu bukan hanya pacar, tapi juga seorang sahabat yang begitu baik. Mungkin itulah sebabnya Tuhan mengambilmu lebih cepat.
THE END